Kamis, 20 April 2017

Dasar Ilmu Shorof

PENGENALAN DASAR ILMU SHOROF

Fi'il, Isim, Huruf

Perlu kita ketahui bersama bahwa sebuah kalimat dalam bahasa arab itu tersusun dari tiga hal: 1.Fi'il (kata kerja). 2.Isim (kata benda). 3.Huruf yang memiliki makna sekarang, mari kita bahas secara singkat istilah-istilah yang telah saya sebutkan di atas :

I.       Fi’il (Kata Kerja)

 Al Fi'lu atau fi'il secara bahasa memiliki makna perbuatan atau kata kerja. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu nahwu, fi'il adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya serta terkait dengan waktu. Fi'il itu ada tiga:

1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhori'
3. Fi'il Amar

Penjelasan:

1.     Fi'il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah bahasa inggrisnya adalah past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu. Contohnya:
قام(telah berdiri) atau 
جلس(telah duduk) .

2.     Fi'il Mudhari' adalah kata kerja yang memiliki arti sedang melakukan sesuatu atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues tense. Contohnya:
                                                                                                                               (sedang berdiri) atau يقوم
يجلس(sedang duduk).

3.     .Fi'il Amar adalah kata kerja untuk perintah. Contohnya
قم(bangunlah!) atau 
 اجلس   (duduklah !) 

II.      Isim

Isim secara bahasa memiliki arti yang dinamakan atau nama atau kata benda. Sedangkan menurut ulama nahwu, isim adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya akan tetapi tidak berkaitan dengan waktu. Isim itu terbagi-bagi menjadi beberapa jenis yang bisa dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya. Karena isim banyak sekali, maka kita tidak membahasnya disini. Akan tetapi, untuk memberi pengertian dasar tentang isim, maka berikut contohnya                                                      
زيدartinya Zaid (Isim 'Alam = nama orang)  ,
جاكرتاartinya Jakarta (Isim alam = nama tempat)  ,
artinya ini  (Isim isyaroh = kata tunjuk),           هذ    
أناartinya saya (Isim dlomir = kata ganti) dan contoh-contoh yang lain  .

III.    Huruf

Huruf secara bahasa memilki arti huruf seperti yang kita kenal dalam bahasa indonesia ada 26 huruf. Sedangkan dalam bahasa arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan setiap huruf hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti :
وَ  (dan)
فَ  (maka)
بِ  (dengan)
لِ  (untuk)
َس  (akan)
ك  (seperti).

Adapun huruf-huruf seperti Alif, Ta, Tsa, dan yang lain yang tidak memiliki arti maka tidak dapat menyusun suatu kalimat, melainkan hanya menyusun suatu kata saja. Maka dapat kita simpulkan bahwa fi'il adalah kata kerja, isim adalah kata benda dan setiap kata selain kata kerja, dan huruf disini adalah setiap huruf hijaiyah yang memiliki arti.

Perbedaan  Nahwu dan Sharaf

 Kita sering denger istilah Nahwu dan Sharaf.. tapi kita tahu gak ya, bedanya nahwu sama sharaf itu apa? soalnya biasanya, ketika disebut nahwu maka sharaf ikut disebut dan sebaliknya.. lalu, apa dong bedanya?

Nahwu; secara bahasa memiliki arti seperti atau misalnya (Kamus Al Munawwir)secara istilah, sebagaimana yg dikatakan pengarang kitab Al Fawakih Al janiyyah, sebuah kitab penjelasan dari kitab Mutammimah (yang merupakan penjelasan dari kitab jurmiyyah):Nahwu adalah ilmu tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harkat (baris) akhir dari suatu kalimat baik secara i'rab atau mabniy... (baris atau harkat yg dimaksud disini adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata, contoh Alhamdu, maka yg dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir yaitu dhammah dari kata du)biar pada ngerti maka kita make contoh dah... misalnya kita baca basmalah kan bismillahIrrahmanirrahimi.. pernah kepikir gak knp dibaca kayak gitu? kenapa bismillahi gak BismillahA atau bismillahu? Arrahmani gak Arrahmana atau Arrahmanu? nah, disinilah fungsi ilmu nahwu, yaitu membuat sebuah kata bisa dibaca dengan benar sehingga menghasilkan makna atau arti yang benar.. karena bahasa arab itu, beda baris, maka bisa beda makna bahkan ada yg gak bisa diartiin kalo barisnya salah... catet!

Sharaf; secara bahasa memiliki arti perubahan kata (kamus Al Munawwir) secara istilah sharaf adalah perubahan bentuk kata dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain... misalnya, dalam bahasa indonesia, kita bisa menggunakan kata teman, berteman, pertemanan, menemani, ditemani.. maka begitu juga dengan bahasa arab.. dan ilmu sharaf lah yang membahas masalah seperti itu...

Isim berdasarkan jenis: Setelah kita dah dikenalin tentang isim, sekarang ayo kita bahas lagi sedikit tentang jenis-jenisnya.

1.  Isim Mudzakkar
2.  Isim Muannats

Pertama: Isim mudzakkar, Mudzakkar secara bahasa memiliki arti laki-laki,. secara istilah, isim mudzakkar adalah kata benda yang merupakan masuk ke dalam jenis laki-laki (loh!). mungkin ada yang nanya, mang ada benda yang punya jenis kelamin? ok.. maksudnya disini. Sederhananya.. semua nama manusia yang laki-laki dan nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah (ة) maka itu termasuk isim mudzakkar...contoh isim mudzakkar: nama orang dan semua nama laki-laki..
nama benda: buku, pulpen, baju dan semua nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah.

Kedua : Isim Muannats,  Muannats secara bahasa memiliki arti wanita. Jadi, isim muannats semua isim yang masuk ke dalam jenis wanita. Sederhananya, isim muannats itu, semua nama wanita dan isim-isim yang mengandung huruf ta marbuthah. Contohnya:
semua nama wanita, nama benda : sekolah, universitas, kipas angin dan semua nama benda yang mengandung ta marbuthah..catatan penting:ternyata ada isim muannats yang secara dzahir terlihat seperti mudzakkar, sebaliknya ada juga isim mudzakkar yang secara dzahir merupakan isim muannats.. contohnya nama hindun, Secara dzahir, hindun itu isim mudzakkar.. iya gak? Soalnya gada ta marbuthahnya. Tetapi secara hakiki, hindun itu isim muannats.. buktinya, nama ini digunakan sebagai nama wanita. kemudian contoh yang kedua usamah, secara dzahir, nama ini masuk ke jenis isim muannats, akan tetapi pada kenyataannya (hakiki) nama ini digunakan untuk nama laki-laki.... maka dikatakan usamah itu mudzakkar hakiki. Ngerti kan? mudah-mudahan...

Kesimpulan;  setiap isim yang mengandung ta marbuthah maka isim itu muannats, setiap isim yang tidak mengandung ta marbuthah maka isim itu mudzakkar, setiap nama orang yang digunakan untuk laki-laki maka termasuk mudzakkar meskipun secara dhahir muannats, Setiap nama orang yang digunakan untuk wanita maka termasuk muannats meskipun secara dhahir mudzakkar.Tambahan: setiap nama negara seperti indonesia, malaysia, iran, dsb termasuk ke dalam isim muannats.

Huruf jar

sederhananya aja.. huruf jar atau huruf khafadh itu adalah huruf yang jika suatu isim bertemu dengan huruf tersebut maka wajib dibaca kasrah.... gitu... yang huruf jar apa aja sih? Niy dia... hafalin yak!!

min (dari), ila (ke), 'an (dari), 'ala (diatas) fi (pada), rubba (sedikit atau jarang), bi (dengan), ka (seperti), li atau la (untuk atau bagi) huruf qasam (sumpah)

kali ini kita akan membahas tentang huruf qasam atau huruf sumpah. Yaitu huruf-huruf yang digunakan untuk bersumpah. Adapun huruf-huruf qasam itu ada tiga yaitu: waw, ba, dan ta. Contoh penggunaan huruf-huruf qasam itu adalah :

والله,  بالله, تالله semua contoh tersebut memiliki arti : Demi Allah..nah, semua isim yang dijadikan sumpah, maka wajib dibaca jar atau kasrah. karena huruf sumpah termasuk kedalam huruf jar juga. apa itu huruf jar?
kita boleh menggunakan waw, ba dan ta untuk mengucapkan sumpah. kita perhatikan dengan seksama bahwa setiap isim yang dijadikan sumpah maka dibaca jar atau kasroh... inget kaidah ini! semoga Allah memudahkan..

catatan : waw dan ba yg dimaksud disini adalah yang digunakan untuk makna sumpah karena waw biasanya memiliki arti “dan”, bi biasanya memiliki makna “dengan”. Nah sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa ba (bi) termasuk dalam huruf jar juga (membuat isim setelahnya dibaca kasroh).

                                           Kata ganti (isim Dhamir)     

Dhamir adalah kata ganti. Kita mengenal dalam bahasa indonesia ada kata ganti orang pertama (aku, kami), kata ganti orang kedua (kamu, kalian) dan kata ganti orang ketiga (dia, mereka). Dalam bahasa arab, kata ganti akan lebih kompleks, karena akan ada istilah kata ganti untuk laki-laki, kata ganti untuk perempuan, kata ganti tunggal, jamak dan dua orang. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu...

kata ganti orang ketiga laki-laki (dia)   هو
mereka berdua          هما
mereka      هم
kata ganti orang ketiga perempuan (dia)  هي
mereka berdua     هما
mereka   هن
kata ganti orang kedua laki-laki (kamu)    أنت
kamu berdua    أنتما
ْkalian    أنتم
kata ganti orang kedua perempuan (kamu)    أنتِ
kalian berdua    أنتما
Kalian    أنتن
kata ganti orang pertama (saya)    أنا
(kami)    نْحَن

jika kita perhatikan, maka ada perbedaan yang jelas antara bahasa kita, dengan bahasa arab. Karena dari data diatas jelaslah bahwa bahasa arab memiliki kata ganti dua orang baik untuk kata ganti orang kedua dan ketiga baik untuk laki-laki atau perempuan. Untuk humaa dan antumaa sama saja ketika untuk laki-laki atau perempuan yang membedakan hanyalah pemakaiannya saja.
Penting
:sebagai tambahan, nahnu selain untuk kata ganti orang pertama jamak bisa juga digunakan sebagai pengagungan atas diri. Contohnya pada ayat :

إنا نحن نزلنا الذكر و إنا له لحافظون
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr [15]:9)

dalam ayat tersebut, dengan menggunakan kata kami, bukan berarti bahwa Allah itu banyak, tidak satu. Akan tetapi nahnu disini sebagai pengagungan Alah atas diri-Nya. Jadi sekali lagi makna ayat ini tidak sekali-kali menyatakan bahwa Allah itu banyak.wallahu a'lam.
setidaknya, kita mesti hafal niy semua kata dhamir...

Mengenal Ilmu Sharaf

Berbicara ilmu sharaf, ane gak tau padanan kata atau istilah yang paling sesuai dalam bahasa kita, bahasa Indonesia. Yang jelas, sharaf adalah ilmu tentang perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Jika dalam bahasa inggris kita akan menemukan contoh berikut: drink – drank –drunk, go – went – gone, atau mungkin dalam bahasa kita, kita menemukan contoh perubahan kata makan menjadi:memakan- makanan – dimakan dan sebagainya.

Istilah yang perlu diketahu:

a.        a. Wazan;  suatu rumus baku, dimana setiap kata kerja nantinya akan masuk ke salah satu dari 35
rumus baku perubahan kata. Dari 35 wazan atau bab, 6 diantaranya untuk kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja. Selebihnya (29 bab yang lain), untuk kata kerja yang lebih dari 3 huruf.

 b.  Tashrif: perubahan kata dari kata kerja menjadi bentuk-bentuk yang 
Secara umum, suatu kata berubah menjadi jenis perubahan kata sebagai berikut:

1. Fi'il Madhi (kata kerja lampau, past tense)
2. Fi'il Mudhari (Kata kerja sekarang, present continous tense)
3. Mashdar (kata benda)
4. Fa'il (subyek)
5. Maf'ul (obyek)
6. Fi'il Amar (kata kerja perintah)
7. Fi'il Nahiy (kata kerja larangan)
8. Isim Zaman (nama waktu), Isim Makan (nama tempat), Isim Alat (nama alat).

Untuk yang ke delapan ini bentuk tahsrif yang jarang ditemui, karena penggunaannya benar2 sima'iy, artinya dipakai tergantung dari penggunaannya di kalangan orang arab.Ilmu sharaf membutuhkan lebih banyak hafalan dan sedikit pemahaman. Asyiknya belajar sharaf adalah, bentuknya yang telah baku. Kalau kata ustadz ane, satu bab saja yang kamu hafal dan kamu fahami, maka kamu akan mudah menghafal dan memahai 34 bab sisanya. Ternyata memang benar dan ane telah merasakan itu. Perlu diperhatikan bahwa tahsrif dalam ilmu sharaf bersifat qiyasy (baku) adapun penggunaannya bersifat sima'iy (tergantung dari digunakan atau tidak di kalangan orang arab).Manakah yang lebih penting antara ilmu nahwu dan sharaf?
Jawabannya sama-sama penting. Ilmu sharaf menyiapkan kata-kata yang baik untuk digunakan, ilmu nahwu menyusun kata-kata yang ingin digunakan agar bisa dipahami.Sumber belajarnya?Untuk yang ingin belajar ilmu sharaf, ane anjurkan sekali untuk memiliki kitab kecil berjudul Al Amtsilatut  Tashriifiyyah.





PENJELASAN SEDERHANA ILMU SHOROF
DARI KITAB AL-AMTSILATUT TASRIFIYAH

PENDAHULUAN

Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk saya sendiri agar supaya pengetahuan saya tentang ilmu tata bahasa dan gramatika arab yang pernah saya pelajari dulu dapat saya ingat-ingat kembali sehingga tidak mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari kaidah shorof secara khusus untuk memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya mengijinkan tanpa syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula kritik dan saran senantiasa saya harapkan dari siapa saja yang berkesempatan membaca keterangan yang saya tulis ini, karena saya juga hanyalah manusia biasa yang tentu membutuhkan koreksi dari orang yang barangkali lebih mumpuni dalam bidang ini.
Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar saya dalam menulis keterangan tentang kaidah shorof ini adalah sebuah kitab/buku kecil dan tipis tapi kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang menampilkan contoh-contoh kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu kitab Amtsilatut tashrif karangan seorang ulama Indonesia yang terkemuka pasa masanya iaitu syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron Jombang Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas dipesantren-pesantren di pulau jawa dan beberapa daerah diluar jawa, bisa didapatkan ditoko-toko buku kurikulum pelajaran pesantren.
Demikian agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak mempelajarinya terlebih dahulu saya sarankan untuk membeli bukunya untuk dijadikan panduan.
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu terlebih dahulu harus diketahui defenisi ilmu tersebut beserta cakupan-cakupannya, dalam hal ini ilmu Tashrif atau yang biasa disebut dengan ilmu Shorof.
Tashrif secara etimologi berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan, sedangkan secara istilah Tashrif adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab serta penjelasan huruf-hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.
Buku Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali merupakan jadwal dan contoh-contoh kalimat bahasa arab yang telah jadi setelah proses penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan kaidah Shorof baku, contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu Tashrif istilahi yang menampilkan wazan-wazan/contoh kalimat isim dan kalimat fi’il qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk kalimatnya setelah ditambahi dan dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang menampilkan bentuk-bentuk kalimat isim ataupun fi’il ditinjau dari dlomir (makna yang tersimpan) yang terkandung didalamnya, mengenahi ilmu yang menjelaskan tentang proses penambahan dan pengurangan huruf dalam kalimat dinamakan dengan ilmu I’lâl.


Kalimat

Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:
  1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan tidak mempunyai waktu/masa seperti زيد/ناصر (zaid/penolong)
  2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa seperti نصر (telah menolong)
  3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila disambungkan dengan kalimat lain seperti هل, إنْ(apakah, apa bila)

pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf dalam Tashrif istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah sebagai berikut:
  1. Fi’il madly ialah kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense), hukumnya adalah mabnî fathah (tercetak dalam bentuk berharkat fathah huruf akhirnya) kecuali apa bila bersambung dengan dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36) maka harus disukunkan huruf akhirnya seperti نصرَmejadi نصرْنَ, atau bila bertemu dengan wau jama’ maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَ menjadi نصرُوا
  2. Fi’il mudlôri’ ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâlatau mustaqbal/saat ini atau akan datang (present continues tense), hukumnya adalah mabni dlommah kecuali apa bila kemasukan âmil nashob (kalimat yang menuntut nashob) maka harus dibaca fathah huruf akhirnya seperti ينصرُmenjadi أنْ ينصرَ atau âmil jazm (kalimat yang menuntut jazm) maka harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti ينصرُmenjadi لم ينصرْ
  3. Mashdar ghoiru mîm ialah kalimat isim yang terletak pada urutan ketiga dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali dengan huruf mîm dan bermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î (bentuk lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab) seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
  4.  Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali dengan huruf mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob dan qiyasî (bentuk lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof) seperti مقام, منصر dari fi’il madly قام, نصر
  5. Isim dlomîr ialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak dapat terletak setelah إلا secara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ maka dikategorikan jarang) seperti contoh أحب الناس إلاك hukumnya adalah mabnî
  6. Isim fâ’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim dhohir seperti  جاء زيدdan fâ’il isim dlomîr seperti جاء هو , hukumnya adalah mabnî dlommah, isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut dengan subjek
  7.  Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya adalah mabnî seperti هذا زيد
  8. Isim maf’ûl ialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua sebagaimana isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته, hukumnya adalah mabnî fathah, isim maf’ûl ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang/sesuatu yang menjadi objek kejadian tersebut.
  9. Fi’il amar ialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal, yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya, seperti ينصُرُmenjadi انصُرْ ْ hukumnya adalah mabnî sukun
  10. Fi’il nahî ialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا تنصُرْ dari mudlôri’ ينصُرُ , hukumnya adalah mabnî sukun
  11. Isim zamân dan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna masa/waktu atau makna tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan tetapi maknanya bisa berbeda sesuai pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, seperti contoh جرى المآء مجراه (air mengalir ditempat mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)
  12. Isim âlat ialah isim yang menunjukkan makna alat seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fathah ‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.

                                             
                                              Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:
  1. binâ’/bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’ fi’il/huruf pertama, ‘ain fi’il/huruf kedua dan lam fi’il/huruf ketiganya (dengan menjadikan lafadz فعل sebagai wazan/contoh perbandingan) tidak terdiri dari huruf ‘illat/penyakit yaitu alifwau dan yâ’ seperti نصر
  2. binâ’ mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya terdiri dari dua jenis huruf yang sama seperti مد asalnya مدد
  3. binâ’ mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau, seperti وعد
  4. binâ’ mitsâl yâ-î adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti يسر
  5. binâ’ ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf wau seperti صان asalnya صون
  6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti سار asalnya سير
  7. binâ’ nâqish wawî adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf wau seperti غزا asalnya غزو
  8. binâ’ nâqish yâ-î adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti سرى asalnya سري
           9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang fa’ fi’il,
               ain    fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf hamzah seperti أدم, وأد, فآء
         12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang    berkumpul/tidak
               terpisah seperti شوى
         13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang terpisah seperti وقى

Tashrîf Istilâhî

hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)

Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf dan paling banyak adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan mudlori’ dari fi’il tsulâtsî (kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya ada enam bab dan tidak ada yang selain yanag enam ini, yaitu;
a.    fathah-dlommah seperti نصَر-ينصُر
b.    fathah-kasroh seperti ضرَب-يضرِب
c.     fathah-fathah seperti فتَح-يفتَح
d.    kasroh-fathah seperti علِم-يعلَم
e.    dlommah-dlommah seperti حسُن-يحسُن
f.     kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel  kedalam bahasa Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.

Bab 1;
نصر
Menolong
مد
memanjangkan
صان
Menjaga
غزا
memerangi
أمل
Berangan



Bab 2;
ضرب
Memukul
فر
melarikan diri
وعد
Berjanji
يسر
Gampang
سار
Berjalan
سرى
berjalan dimalam hari
وقى
Menjaga
شوى
memanggang
أدم
membumbui
وأد
mengubur hidup-hidup
فآء
Kembali
Bab 3;
فعل
mengerjakan
فتح
Membuka
وضع
meletakkan
يفع
mendekati baligh
نأى
Jauh
نشأ
Tumbuh
رأى
Melihat
Bab 4;
علم
mengetahui
عض
menggigit
وجل
merasa takut
يبس
Kering
خاف
Takut
هاب
takut pada/menghormati
رضي
Rela
خشي
takut/malu
وجي
berjalan dg telanjang kaki
قوي
Kuat
روي
puas dg minum
أثم
Berdosa
بئس
Celaka
برئ
Bebas
Bab 5;
حسن
Baik
ضخم
besar (bentuk/tubuh)
جنب
keluar air maninya
شجع
Berani
جبن
lemah hatinya
وجه
menjadi orang kaya
يمن
Beruntung
طال
Panjang
سرو
mulia serta dermawan
أدب
Sopan
لؤم
rendah/hina
بطؤ
Lambat
وقر
Tenang
نجس
Najis
Bab 6;
حسب
menyangka
ومق
Mencintai


Hal 8; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)

            Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang tersusun dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali  setelah dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk yakni satu bab, dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :

دحرج
menggelincirkan
طأطأ
menundukkan/menganggukkan kepala
ترجم
menterjemahkan
وسوس
menggoda/mewaswaskan
قلقل
menggerakkan
فلفل
membubuhi lada
بسمل
mengucapkan "bismillah"
سبحل
mengucapkan "subhanallah"
حمدل
mengucapkan "alhamdulillah"
هيلل
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
حوقل
mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"

Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang disamakan dengan fi’il rubâ’î mujarrod)

            Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman 8, dan ada yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod  meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa disebut fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan), demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’ kufah semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena ia adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
حوقل (bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل (ladang)
بيطر (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر (sombong)
جهور (mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر (keras suaranya), شريَف (memulyakan) dari mashdar tsulâtsî شَرَف (mulya)
سلقى (merebus) dari mashdar tsulâtsî سلْق (merebus)
dan قلنس (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas tashrîf) قلنسوة (songkok)




hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)

            fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فعَّل" dengan menambahkan kelipatan huruf, berfaidah sebagai berikut:
  1. transitif, seperti : فرّح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
  2. menunjukkan makna banyak, sepeerti: قطّع زيد الحبل (yakni, zaid memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
  3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: كفّر زيد عمرا (yakni, zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
  4. mencabut/merusak asal pekerjaan dari objek, seperti: قشّر زيد الرمان (yakni, zaid mengupas kulit delima)
  5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم القوم (yakni, kaum mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa ditambahan pada kalimat baik fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu terangkum dalam kata singkat أُوَيْسًا هَلْ تَنَمْ", perinciannya sebagai berikut:
    1. hamzah
    2. wau
    3. yâ’
    4. sîn
    5. âlif
    6. hâ’
    7. lâm
    8. tâ’
    9. nûn
    10. mîm

dibawah ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :

فرح
menggembirakan
كرر
mengulang-ulangi
وكل
mewakilkan
يسر
memudahkan
نور
menerangi
بين
menjelaskan
زكى
membersihkan/menyucikan
لقى
mempertemukan/menemui
ولى
mengangkat (jabatannya)
قوى
menguatkan
أدب
mengadabkan/mendidiknya adab
شأم
menyialkan
هنأ
mengucapkan tahniah (selamat)

 
Hal 14; (bab fi’il tsulâtsî mazid/yang diberi tambahan)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فاعل" dengan penambahan alif setelah fâ’, berfaidah sebagai berikut:
1.     musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah ialah maksud
    dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il
    (subjek) sekaligus maf’ûl (objek), seperti contoh: ضارب زيد عمرا (zaid dan umar saling
    pukul)
2.   bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh: ضاعف الله memakai
    makna lafadz ضعّف الله(semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3.   bermakna af’ala yang berfaidah  ta’diyyah (melampaui/butuh pada maf’ul), seperti
    contoh: عافاك الله (artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4.     bermakna fa’ala yang mujarrod (sepi dari tambahan), seperti contoh: 
     سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك
    (zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah ini adalah bentuk kiyasannya :

قاتل
membunuh/memerangi
ماس
menyentuhkan
واعد
menjanjikan
ياسر
menggampangkan
عاون
menolong
باين
meninggalkan
عاطى
memberikan (tanpa ucapan)
لاقى
menemui
والى
menolong/mengasihi
داوى
mengobati
آخذ
menindak dengan siksaan (menyiksa)
لآءم
mencocoki
ناسأ
berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)

Hal 16; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "أفعل" dengan menambahkan hamzah qoth’ (huruf hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah sebagai berikut:
  1. ta’diyyah (melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek) seperti: أكرمت زيدا (aku memulyakan zaid)
  2. masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: أمسى المسافر (si musafir memasuki waktu sore)
  3. bermakna menuju pada sesuatu/tempat, seperti: أحجز زيد و أعرق عمرو (zaid menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
  4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il, seperti contoh: أثمر الطلح و أورق الشجر(pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
  5. makna mubâlaghoh (sangat), seperti contoh: أشغلت عمرا (aku sangat menyibukkan umar)
  6. menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti: أعظمته و أحمدته (aku menemukannya dalam keadaan agung dan terpuji)
  7. bermakna “jadi”, seperti: أقفر البلد (negeri itu menjadi fakir)
  8. bermakna “menawarkan/menyediakan”, seperti: عرض الثوب(dia menyediakan baju untuk dijual)
  9. bermakna “tiada/sirna”, seperti: أشفى المريض (si sakit hilang sembuhnya)
  10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع (sudah tiba waktunya memanen tanaman)

dibawah ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :

أكرم
memulyakan
أمد
menolong/memanjangkan tangan
أوعد
menjanjikan
أيسر
memudahkan
أجاب
menjawab
أبان
menjelaskan
أعطى
memberikan
أدرى
memberitahukan
أودى
membayar (diyat)
أروى
menyegarkan (dengan air)
آمن
mengamankan
أجأر
memaksa berdoa sepenuh hati pada
أبرأ
membebaskan

Hal 18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل" dengan menambahkan “tâ’” diawalnya dan “âlif” setelah fâ’, berfaidah:
  1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو (saling berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
  2. menampakkan sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: تمارض زيد (pura-pura sakit si zaid), yakni menampakkan sakit padahal tidak sakit
  3. menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد القوم (saling berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit
  4. menunjukkan makna tsulâtsî mujarrod, seperti: تعالى وسما(tinggi si dia dalam pangkatnya)
  5. muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: باعدته فتباعد (aku menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)
yang dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat berhubungan dengan fi’il muta’addî (fi’il yang membutuhkan maf’ûl), dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :

تباعد
saling menjauhi
تماس
saling bersentuhan
تواعد
saling berjanji
تيامن
mendahulukan yang kanan
تلاوم
saling menyalahkan
تباين
saling menjuhi/menyalahi
تعاطى
saling memberi tanpa ucap
تلاقى
saling bertemu
توارى
bersembunyi
تداوى
berobat
تآنف
saling memandang rendah
تساءل
saling bertanya
تمالأ
saling berkomplot

hal 20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "تفعّل" dengan menambahkan tâ’ diawalnya dan menggandakan ‘ain, berfaida:
  1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
  2. makna takalluf yaitu persekongkolan/pertolongan fâ’il/subjek yang diberikan pada fi’il/predikat agar predikat tersebut hasil/terwujud, seperti: تشجع زيد (zaid memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam dirinya
  3. fâ’il (si subjek) menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja) dari kalimat yang pada asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت يوسف (aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata إبن menjadi  تبنّى
  4. menunjukkan makna menjauhi sesuatu, seperti تذمم زيد (zaid menjauhi celaan)
  5. menunjukkan makna “menjadi” seperti تأيمت المرأة (menjadi janda si perempuan) yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
  6. menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع زيد (yakni zaid minum teguk demi teguk)
  7. makna “tuntutan” seperti تعجل الشيء (dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut untuk dikerjakan dengan cepat), dan تبينه (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)
dibawah ini adalah contoh wazannya :

تكسر
menjadi pecah
تكرر
berulang-ulang
توعد
mengancam
تيسر
menjadi mudah
تنور
menjadi terang
تبين
menjadi jelas
تعدى
melampaui batas
تلقى
mendapat/menerima
تولى
menjadi pejabat
تروى
minum/berfikir
تأدب
berakal budi
ترأد
berayun/bergoyang
تصدأ
melihat dalam keadaan berdiri



hal 22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل" dengan menambahkan “hamzah” diawalnya dan “tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah sebagai berikut:
1.    muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti جمعت الإبل فـ اجتمع(aku mengumpulkan unta maka
     berkumpullah si unta)
2.    makna “menjadikan/membuat” seperti اختبز زيد (zaid membuat/menjadikan roti)
3.    menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat, seperti اكتسب زيد (si zaid
     bekerja dengan sangat)
4.    bermakna wazan “fa’ala” (fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti اجتذب (dia jadzab/mabuk dalam
     bermunajat)
5.    bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), seperti اختصم bermakna تخاصم (saling berseteru)
6.    bermakna “tuntutan” seperti اكتدّ (fi’il amar yakni dia menuntut darinya kesungguh-
    sungguhan)
berikut ini contoh wazannya :

اجتمع
berkumpul
امتد
memanjang
اتصل
menghubungi
اتسر
menjadi mudah
اعتاد
membiasakan
اشترى
membeli
اتقى
bertakwa
ارتوى
menjadi segar/puas (dengan minum)
ايتمن
mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan
ابتأس
bersedih hati
اجترأ
berani
اختار
memilih
اعتدى
melampaui batas/menyalahi peraturan

Hal 24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ" dengan menambahkan hamzah dan nûn diawalnya, berfaidah:
  1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti كسرت الزجاج فـ انكسر(aku memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
  2. muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya, seperti أزعجه فـ انزعج (aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :

انفعل
terjadi pekerjaannya
انكسر
menjadi pecah
انفض
menjdi pecah (terputus/berakhir)
انقاد
menjadi tunduk/patuh
انماع
menjadi cair
انجلى
menjadi jelas
انبرى
menjadi terkendali
انطفأ
menjadi padam

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "افْعَلَّ" dengan menambahkan hamzah washol dan penggandaan lâm fi’il, berfaidah:
  1. menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat, seperti احمرَّ البُسْرُ (air baru itu memerah) yakni masuk dalam warna merah
  2. makna “sangat” seperti اسودّ الليل (malam menjadi sangat hitam)
dibawah ini contoh wazannya :

احمر
memerah
اسود
menghitam
ابيض
memutih
اصفر
menguning
اخضر
menghijau
اشهب
menjadi kelabu
اسمر
menjadi coklat

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ" dengan menambahkan hamzah washol (hamzah yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan kalimat lain seperti إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’, berfaidah:
  1. menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر الله (dia meminta ampun pada Allah) yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
  2. menemukan sesuatu tampak/berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته واستحسنته (aku nampak ia agung dan bagus)
  3. makna beralih/pindah, seperti استحجر الطين (Lumpur beralih menjadi batu)
  4. makna terpaksa/menanggung beban, seperti استجرأ (dia memaksakan untuk berani)
  5. bermakna seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti استقرّbermakna قرّّ (menetap/tetap)
  6. muthôwa’ah seperti أراحه فـ استراح (dia A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah diaB)
TASRIF LUGHOWI DAN TASRIF ISTILAHI

التصريف
Secara bahasa Tasrif berarti perubahan. Yang dimaksud dengan perubahan disini adalah perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Tasrif dibagi 2: Tasrif Lughawi dan Tasrif Istilahi.
Tasrif Lughawi adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain dengan pelaku yang berbeda-beda. Perhatikan perubahan dalam tasrif lughawi berikut ini:
No
Dhomir
Fi’il Madhi
Fi’il Mudhari
Fi’il Amr
1

هُوَ

خَرَجَ

يَخْرُجُ

2
هُمَا

خَرَجَا

يَخْرُجَانِ
3
هُمْ
خَرَجُوا
يَخْرُجُوْنَ
4
هِيَ
خَرَجَتْ
تَخْرُجُ
5
هُمَا
خَرَجَتَا
تَخْرُجَانِ
6
هُنَّ
خَرَجْنَ
يَخْرُجْنَ
7
أَنْتَ
خَرَجْتَ
تَخْرُجُ

اُخْرُجْ

8
أَنْتُمَا
خَرَجْتُمَا
تَخْرُجَانِ
اُخْرُجَا
9
أَنْتُمْ
خَرَجْتُمْ
تَخْرُجُوْنَ
اُخْرُجُوا
10
أَنْتِ
خَرَجْتِ
تَخْرُجِيْنَ
اُخْرُجِي
11
أَنْتُمَا
خَرَجْتُمَا
تَخْرُجَانِ
اُخْرُجَا
12
أَنْتُنَّ
خَرَجْتُنَّ
تَخْرُجْنَ
اُخْرُجْنَ
13
أنَا
خَرَجْتُ
أَخْرُجُ
14
نَحْنُ
خَرَجْنَا
نَخْرُجُ

Tasrif Lughawi tidak hanya terbatas pada tasrif fiil saja, melainkan pada shigat (bentuk kata) yang lain seperti pada isim fail, isim maf’ul, masdar dan lainnya.

Adapun Tasrif Istilahi adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain dengan makna yang berbeda-beda. Perhatikan perubahan dalam tasrif istilahi berikut ini:

اسم الالة
اسم مكان وزمان
فعل نهي
فعل أمر
اسم المفعول
اسم الفاعل
مصدر
فعل مضارع
فعل ماض
مِفْعَلٌ
مَفْعَلٌ
لاَتَفْعُلْ
اُفْعُلْ
مَفْعُوْل
فَاعِل
فَعْلاً
يَفْعُلُ
فَعَلَ
مِنْصَرٌ
مَنْصَرٌ
لاَتَنْصُرْ
اُنْصُرْ
مَنْصُوْرٌ
نَاصِرٌ
نَصْرًا
يَنْصُرُ
نَصَرَ
Alat…
Waktu…/tempat
Jangan…
….lah
Yang di…
Yang../pe
….an
Sedang/akan
Telah..
 


3 komentar: