PENGENALAN DASAR ILMU SHOROF
Fi'il, Isim, Huruf
Perlu kita ketahui
bersama bahwa sebuah kalimat dalam bahasa arab itu tersusun dari tiga hal: 1.Fi'il
(kata kerja). 2.Isim (kata benda). 3.Huruf yang memiliki makna sekarang, mari
kita bahas secara singkat istilah-istilah yang telah saya sebutkan di atas :
I.
Fi’il (Kata Kerja)
Al Fi'lu atau fi'il secara bahasa memiliki
makna perbuatan atau kata kerja. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu nahwu,
fi'il adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya serta
terkait dengan waktu. Fi'il itu ada tiga:
1. Fi'il Madhi
2. Fi'il Mudhori'
3. Fi'il Amar
Penjelasan:
1.
Fi'il Madhi
adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah bahasa inggrisnya adalah
past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu. Contohnya:
قام(telah berdiri) atau
جلس(telah duduk) .
2.
Fi'il Mudhari' adalah kata kerja yang memiliki arti sedang melakukan sesuatu
atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues tense. Contohnya:
(sedang berdiri) atau يقوم
يجلس(sedang duduk).
3. .Fi'il
Amar adalah kata kerja
untuk perintah. Contohnya
قم(bangunlah!) atau
اجلس (duduklah !)
II.
Isim
Isim secara bahasa memiliki arti yang
dinamakan atau nama atau kata benda. Sedangkan menurut ulama nahwu, isim adalah
kata yang menunjukkan suatu makna yang ada pada zatnya akan tetapi tidak
berkaitan dengan waktu. Isim itu terbagi-bagi menjadi beberapa jenis yang bisa
dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya. Karena isim banyak sekali, maka kita
tidak membahasnya disini. Akan tetapi, untuk memberi pengertian dasar tentang
isim, maka berikut contohnya
زيدartinya Zaid (Isim 'Alam = nama orang) ,
جاكرتاartinya Jakarta (Isim alam = nama tempat) ,
artinya ini (Isim isyaroh = kata tunjuk), هذ
أناartinya saya (Isim dlomir = kata ganti)
dan contoh-contoh yang lain .
III.
Huruf
Huruf secara bahasa
memilki arti huruf seperti yang kita kenal dalam bahasa indonesia ada 26 huruf.
Sedangkan dalam bahasa arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita kenal dengan
huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan setiap huruf
hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti :
وَ (dan)
فَ (maka)
بِ (dengan)
لِ (untuk)
َس (akan)
ك (seperti).
Adapun huruf-huruf
seperti Alif, Ta, Tsa, dan yang lain yang tidak memiliki arti maka tidak dapat
menyusun suatu kalimat, melainkan hanya menyusun suatu kata saja. Maka dapat
kita simpulkan bahwa fi'il adalah kata kerja, isim adalah kata benda dan setiap
kata selain kata kerja, dan huruf disini adalah setiap huruf hijaiyah yang
memiliki arti.
Perbedaan Nahwu dan
Sharaf
Kita sering
denger istilah Nahwu dan Sharaf.. tapi kita tahu gak ya, bedanya nahwu sama
sharaf itu apa? soalnya biasanya, ketika disebut nahwu maka sharaf ikut disebut
dan sebaliknya.. lalu, apa dong bedanya?
Nahwu; secara bahasa memiliki arti seperti atau
misalnya (Kamus Al Munawwir)secara istilah, sebagaimana yg dikatakan pengarang
kitab Al Fawakih Al janiyyah, sebuah kitab penjelasan dari kitab Mutammimah
(yang merupakan penjelasan dari kitab jurmiyyah):Nahwu adalah ilmu tentang
pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harkat (baris) akhir dari suatu
kalimat baik secara i'rab atau mabniy... (baris atau harkat yg dimaksud disini
adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata, contoh Alhamdu, maka yg
dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir yaitu dhammah dari kata du)biar
pada ngerti maka kita make contoh dah... misalnya kita baca
basmalah kan bismillahIrrahmanirrahimi.. pernah kepikir gak knp
dibaca kayak gitu? kenapa bismillahi gak BismillahA atau bismillahu? Arrahmani
gak Arrahmana atau Arrahmanu? nah, disinilah fungsi ilmu nahwu, yaitu membuat
sebuah kata bisa dibaca dengan benar sehingga menghasilkan makna atau arti yang
benar.. karena bahasa arab itu, beda baris, maka bisa beda makna bahkan ada yg
gak bisa diartiin kalo barisnya salah... catet!
Sharaf; secara bahasa memiliki arti perubahan kata
(kamus Al Munawwir) secara istilah sharaf adalah perubahan bentuk kata dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lain... misalnya, dalam bahasa indonesia,
kita bisa menggunakan kata teman, berteman, pertemanan, menemani, ditemani..
maka begitu juga dengan bahasa arab.. dan ilmu sharaf lah yang membahas masalah
seperti itu...
Isim berdasarkan jenis: Setelah kita dah dikenalin tentang isim,
sekarang ayo kita bahas lagi sedikit tentang jenis-jenisnya.
1. Isim Mudzakkar
2. Isim Muannats
Pertama: Isim mudzakkar, Mudzakkar secara bahasa memiliki arti
laki-laki,. secara istilah, isim mudzakkar adalah kata benda yang merupakan
masuk ke dalam jenis laki-laki (loh!). mungkin ada yang nanya, mang ada benda
yang punya jenis kelamin? ok.. maksudnya disini. Sederhananya.. semua nama
manusia yang laki-laki dan nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah
(ة) maka itu termasuk isim mudzakkar...contoh
isim mudzakkar: nama orang dan semua nama laki-laki..
nama benda: buku,
pulpen, baju dan semua nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah.
Kedua : Isim Muannats, Muannats
secara bahasa memiliki arti wanita. Jadi, isim muannats semua isim yang masuk
ke dalam jenis wanita. Sederhananya, isim muannats itu, semua nama wanita dan
isim-isim yang mengandung huruf ta marbuthah. Contohnya:
semua nama wanita,
nama benda : sekolah, universitas, kipas angin dan semua nama benda yang
mengandung ta marbuthah..catatan penting:ternyata ada isim muannats yang secara
dzahir terlihat seperti mudzakkar, sebaliknya ada juga isim mudzakkar yang
secara dzahir merupakan isim muannats.. contohnya nama hindun, Secara dzahir,
hindun itu isim mudzakkar.. iya gak? Soalnya gada ta marbuthahnya. Tetapi
secara hakiki, hindun itu isim muannats.. buktinya, nama ini digunakan sebagai
nama wanita. kemudian contoh yang kedua usamah, secara dzahir, nama ini masuk
ke jenis isim muannats, akan tetapi pada kenyataannya (hakiki) nama ini
digunakan untuk nama laki-laki.... maka dikatakan usamah itu mudzakkar hakiki.
Ngerti kan? mudah-mudahan...
Kesimpulan; setiap isim yang mengandung ta marbuthah maka
isim itu muannats, setiap isim yang tidak mengandung ta marbuthah maka isim itu
mudzakkar, setiap nama orang yang digunakan untuk laki-laki maka termasuk
mudzakkar meskipun secara dhahir muannats, Setiap nama orang yang digunakan
untuk wanita maka termasuk muannats meskipun secara dhahir mudzakkar.Tambahan: setiap
nama negara seperti indonesia, malaysia, iran, dsb termasuk ke dalam isim
muannats.
Huruf jar
sederhananya aja..
huruf jar atau huruf khafadh itu adalah huruf yang jika suatu isim bertemu
dengan huruf tersebut maka wajib dibaca kasrah.... gitu... yang huruf jar apa
aja sih? Niy dia... hafalin yak!!
min (dari), ila (ke), 'an (dari), 'ala (diatas) fi (pada),
rubba (sedikit atau jarang), bi (dengan), ka (seperti), li atau la (untuk atau
bagi) huruf qasam (sumpah)
kali ini kita akan
membahas tentang huruf qasam atau huruf sumpah. Yaitu huruf-huruf yang digunakan
untuk bersumpah. Adapun huruf-huruf qasam itu ada tiga yaitu: waw, ba, dan ta.
Contoh penggunaan huruf-huruf qasam itu adalah :
والله, بالله,
تالله
semua contoh tersebut
memiliki arti : Demi Allah..nah, semua isim yang dijadikan sumpah, maka wajib
dibaca jar atau kasrah. karena huruf sumpah termasuk kedalam huruf jar juga.
apa itu huruf jar?
kita boleh menggunakan
waw, ba dan ta untuk mengucapkan sumpah. kita perhatikan dengan seksama bahwa
setiap isim yang dijadikan sumpah maka dibaca jar atau kasroh... inget kaidah
ini! semoga Allah memudahkan..
catatan : waw dan ba yg dimaksud
disini adalah yang digunakan untuk makna sumpah karena waw biasanya memiliki
arti “dan”, bi biasanya memiliki makna “dengan”. Nah sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya bahwa ba (bi) termasuk dalam huruf jar juga (membuat isim
setelahnya dibaca kasroh).
Kata
ganti (isim Dhamir)
Dhamir adalah kata ganti. Kita mengenal dalam bahasa
indonesia ada kata ganti orang pertama (aku, kami), kata ganti orang kedua
(kamu, kalian) dan kata ganti orang ketiga (dia, mereka). Dalam bahasa arab,
kata ganti akan lebih kompleks, karena akan ada istilah kata ganti untuk
laki-laki, kata ganti untuk perempuan, kata ganti tunggal, jamak dan dua orang.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu...
kata ganti orang
ketiga laki-laki (dia) هو
mereka berdua هما
mereka هم
kata ganti orang
ketiga perempuan (dia) هي
mereka berdua هما
mereka هن
kata ganti orang kedua
laki-laki (kamu) أنت
kamu berdua أنتما
ْkalian أنتم
kata ganti orang kedua
perempuan (kamu) أنتِ
kalian berdua أنتما
Kalian أنتن
kata ganti orang
pertama (saya) أنا
(kami) نْحَن
jika kita perhatikan,
maka ada perbedaan yang jelas antara bahasa kita, dengan bahasa arab. Karena
dari data diatas jelaslah bahwa bahasa arab memiliki kata ganti dua orang baik
untuk kata ganti orang kedua dan ketiga baik untuk laki-laki atau perempuan.
Untuk humaa dan antumaa sama saja ketika untuk laki-laki atau perempuan yang
membedakan hanyalah pemakaiannya saja.
Penting
:sebagai tambahan,
nahnu selain untuk kata ganti orang pertama jamak bisa juga digunakan sebagai
pengagungan atas diri. Contohnya pada ayat :
إنا نحن نزلنا الذكر و
إنا له لحافظون
“Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya” (QS. Al Hijr [15]:9)
dalam ayat tersebut,
dengan menggunakan kata kami, bukan berarti bahwa Allah itu banyak, tidak satu.
Akan tetapi nahnu disini sebagai pengagungan Alah atas diri-Nya. Jadi sekali
lagi makna ayat ini tidak sekali-kali menyatakan bahwa Allah itu banyak.wallahu
a'lam.
setidaknya, kita mesti
hafal niy semua kata dhamir...
Mengenal Ilmu Sharaf
Berbicara ilmu sharaf,
ane gak tau padanan kata atau istilah yang paling sesuai dalam bahasa kita,
bahasa Indonesia. Yang jelas, sharaf adalah ilmu tentang perubahan kata dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Jika dalam bahasa inggris kita akan menemukan
contoh berikut: drink – drank –drunk, go – went – gone, atau mungkin dalam
bahasa kita, kita menemukan contoh perubahan kata makan menjadi:memakan-
makanan – dimakan dan sebagainya.
Istilah yang perlu
diketahu:
a. a. Wazan; suatu rumus baku, dimana setiap kata
kerja nantinya akan masuk ke salah satu dari 35
rumus baku perubahan kata. Dari 35
wazan atau bab, 6 diantaranya untuk kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja.
Selebihnya (29 bab yang lain), untuk kata kerja yang lebih dari 3 huruf.
b. Tashrif: perubahan kata dari kata kerja
menjadi bentuk-bentuk yang
Secara umum, suatu kata
berubah menjadi jenis perubahan kata sebagai berikut:
1. Fi'il Madhi
(kata kerja lampau, past tense)
2. Fi'il Mudhari
(Kata kerja sekarang, present continous tense)
3. Mashdar
(kata benda)
4. Fa'il (subyek)
5. Maf'ul (obyek)
6. Fi'il Amar
(kata kerja perintah)
7. Fi'il Nahiy
(kata kerja larangan)
8. Isim Zaman
(nama waktu), Isim Makan (nama tempat), Isim Alat (nama alat).
Untuk yang ke delapan
ini bentuk tahsrif yang jarang ditemui, karena penggunaannya benar2 sima'iy,
artinya dipakai tergantung dari penggunaannya di kalangan orang arab.Ilmu
sharaf membutuhkan lebih banyak hafalan dan sedikit pemahaman. Asyiknya belajar
sharaf adalah, bentuknya yang telah baku. Kalau kata ustadz ane, satu bab
saja yang kamu hafal dan kamu fahami, maka kamu akan mudah menghafal dan
memahai 34 bab sisanya. Ternyata memang benar dan ane telah merasakan itu.
Perlu diperhatikan bahwa tahsrif dalam ilmu sharaf bersifat qiyasy (baku)
adapun penggunaannya bersifat sima'iy (tergantung dari digunakan atau tidak di kalangan
orang arab).Manakah yang lebih penting antara ilmu nahwu dan sharaf?
Jawabannya sama-sama
penting. Ilmu sharaf menyiapkan kata-kata yang baik untuk digunakan, ilmu nahwu
menyusun kata-kata yang ingin digunakan agar bisa dipahami.Sumber belajarnya?Untuk
yang ingin belajar ilmu sharaf, ane anjurkan sekali untuk memiliki kitab kecil
berjudul Al Amtsilatut Tashriifiyyah.
PENJELASAN SEDERHANA ILMU
SHOROF
DARI KITAB AL-AMTSILATUT
TASRIFIYAH
PENDAHULUAN
Tulisan ini saya dedikasikan terutama untuk
saya sendiri agar supaya pengetahuan saya tentang ilmu tata bahasa dan
gramatika arab yang pernah saya pelajari dulu dapat saya ingat-ingat kembali
sehingga tidak mudah untuk dilupakan dengan mempraktekkannya, begitu juga bagi
siapa saja yang berkeinginan untuk mempelajari kaidah shorof secara khusus
untuk memperkuat pengetahuannya tentang bahasa arab , saya mengijinkan tanpa
syarat untuk menelaah tulisan ini, tak lupa pula kritik dan saran senantiasa
saya harapkan dari siapa saja yang berkesempatan membaca keterangan yang saya
tulis ini, karena saya juga hanyalah manusia biasa yang tentu membutuhkan
koreksi dari orang yang barangkali lebih mumpuni dalam bidang ini.
Pertama perlu saya tegaskan bahwa standar
saya dalam menulis keterangan tentang kaidah shorof ini adalah sebuah
kitab/buku kecil dan tipis tapi kaya akan dasar ilmu tata bahasa arab yang
menampilkan contoh-contoh kiyasan tashrîf dalam bentuk seperti tabel yaitu
kitab Amtsilatut tashrif karangan seorang ulama Indonesia yang terkemuka pasa
masanya iaitu syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali yang berdomisili di Kewaron
Jombang Jatim, kitab karangan beliau ini telah tersebar luas
dipesantren-pesantren di pulau jawa dan beberapa daerah diluar jawa, bisa
didapatkan ditoko-toko buku kurikulum pelajaran pesantren.
Demikian
agar diperhatikan sebelumnya bagi siapa saja yang hendak mempelajarinya
terlebih dahulu saya sarankan untuk membeli bukunya untuk dijadikan panduan.
Sebelum mempelajari suatu bidang ilmu
terlebih dahulu harus diketahui defenisi ilmu tersebut beserta
cakupan-cakupannya, dalam hal ini ilmu Tashrif atau yang biasa
disebut dengan ilmu Shorof.
Tashrif secara etimologi
berarti perubahan, pengalihan atau penggunaan, sedangkan secara istilah Tashrif adalah
suatu bidang ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa arab
serta penjelasan huruf-hurufnya, asli, tambahan, pembuangan dan sebagainya.
Buku
Amtsilatut tashrif yang ditulis oleh syeikh Muhammad Ma’shum ibn ‘Ali merupakan
jadwal dan contoh-contoh kalimat bahasa arab yang telah jadi setelah proses
penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan kaidah Shorof baku,
contoh-contoh tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu Tashrif
istilahi yang menampilkan wazan-wazan/contoh kalimat isim dan kalimat
fi’il qiyasan (qiyasî) serta perubahan bentuk kalimatnya setelah
ditambahi dan dikurangi, dan Tashrîf lughowî yang menampilkan
bentuk-bentuk kalimat isim ataupun fi’il ditinjau dari dlomir (makna yang
tersimpan) yang terkandung didalamnya, mengenahi ilmu yang menjelaskan tentang
proses penambahan dan pengurangan huruf dalam kalimat dinamakan dengan
ilmu I’lâl.
Kalimat
Kalimat
dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:
- kalimat
isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan tidak
mempunyai waktu/masa seperti زيد/ناصر (zaid/penolong)
- kalimat
fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai
masa seperti نصر (telah menolong)
- kalimat
huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila disambungkan dengan
kalimat lain seperti هل, إنْ(apakah, apa bila)
pembagian
dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di kitab nahwu
atau ilmu gramatika arab.
Sedangkan
kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf dalam Tashrif
istilâhî sesuai dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah
sebagai berikut:
- Fi’il
madly ialah kalimat yang
menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense), hukumnya
adalah mabnî fathah (tercetak dalam bentuk
berharkat fathah huruf akhirnya) kecuali apa bila bersambung
dengan dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari
jama’ mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî
hal. 36) maka harus disukunkan huruf akhirnya seperti نصرَmejadi نصرْنَ, atau bila bertemu dengan wau
jama’ maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti نصرَ menjadi نصرُوا
- Fi’il
mudlôri’ ialah kalimat yang
menunjukkan zaman hâlatau mustaqbal/saat ini atau
akan datang (present continues tense), hukumnya adalah mabni dlommah
kecuali apa bila kemasukan âmil nashob (kalimat yang
menuntut nashob) maka harus dibaca fathah huruf
akhirnya seperti ينصرُmenjadi أنْ
ينصرَ atau âmil
jazm (kalimat yang menuntut jazm) maka harus dibaca
sukun huruf akhirnya seperti ينصرُmenjadi لم ينصرْ
- Mashdar
ghoiru mîm ialah kalimat isim yang
terletak pada urutan ketiga dalam tashrifan fi’il yang tidak diawali
dengan huruf mîm dan bermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob (harkat
huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya), dan samâ’î (bentuk
lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi
disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab)
seperti هذا ضرب خفيف, ضربت زيدا ضربا
شديدا, ضربت زيدا بضرب خفيف
- Mashdar
mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang
diawali dengan huruf mîm dan beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob dan qiyasî (bentuk
lafadznya disesuaikan dengan kiyasan shorof) seperti مقام,
منصر dari
fi’il madly قام, نصر
- Isim
dlomîr ialah isim yang tidak
dapat dijadikan awalan dan tidak dapat terletak setelah إلا secara ikhtiyar (bila jatuh
setelah illâ maka dikategorikan jarang) seperti
contoh أحب الناس إلاك hukumnya adalah mabnî
- Isim
fâ’il ialah isim yang dibaca
rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim dhohir
seperti جاء زيدdan fâ’il isim dlomîr seperti جاء هو , hukumnya adalah mabnî dlommah, isim fa’il ini
menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut
dengan subjek
- Isim
isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya
adalah mabnî seperti هذا زيد
- Isim
maf’ûl ialah isim yang dibaca
nashob yang disebut setelah fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua sebagaimana
isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته, hukumnya adalah mabnî fathah,
isim maf’ûl ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang/sesuatu yang
menjadi objek kejadian tersebut.
- Fi’il
amar ialah fi’il yang
menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal, yang mana
harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya,
seperti ينصُرُmenjadi انصُرْ ْ hukumnya adalah mabnî sukun
- Fi’il
nahî ialah fi’il yang
menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat
‘ain fi’il mudlôri’nya seperti لا
تنصُرْ dari
mudlôri’ ينصُرُ , hukumnya adalah mabnî sukun
- Isim
zamân dan Isim makân ialah
isim yang menunjukkan makna masa/waktu atau makna tempat, dua isim ini
bentuk wazannya sama akan tetapi maknanya bisa berbeda sesuai
pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, seperti contoh جرى
المآء مجراه (air
mengalir ditempat mengalirnya) dan ضربت
زيدا عند المظهر (aku
memukul zaid pada waktu dzuhur)
- Isim
âlat ialah isim yang
menunjukkan makna alat seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah mu’rob.
Keterangan;
perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan
seterusnya adalah terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh
‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca fathah ‘ain fi’ilnya.
pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam
percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk
Kalimat
Bentuk
kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:
- binâ’/bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk
kalimat yang fa’ fi’il/huruf pertama, ‘ain fi’il/huruf
kedua dan lam fi’il/huruf ketiganya (dengan menjadikan
lafadz فعل sebagai wazan/contoh
perbandingan) tidak terdiri dari huruf ‘illat/penyakit
yaitu alif, wau dan yâ’ seperti نصر
- binâ’
mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain
fi’il dan lam fi’ilnya terdiri dari dua jenis
huruf yang sama seperti مد asalnya مدد
- binâ’ mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’
fi’ilnya terdiri dari huruf wau, seperti وعد
- binâ’
mitsâl yâ-î adalah kalimat yang fa’
fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti يسر
- binâ’
ajwâf wawî adalah kalimat yang ‘ain
fi’ilnya terdiri dari huruf wau seperti صان asalnya صون
- binâ’
ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain
fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti سار asalnya سير
- binâ’
nâqish wawî adalah kalimat yang lâm
fi’ilnya terdiri dari huruf wau seperti غزا asalnya غزو
- binâ’
nâqish yâ-î adalah kalimat yang lâm
fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti سرى asalnya سري
9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah
kalimat yang fa’ fi’il,
ain
fi’il atau lâm fi’ilnya terdiri dari huruf
hamzah seperti أدم, وأد, فآء
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat yang berkumpul/tidak
terpisah seperti شوى
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari
dua huruf ‘illat yang terpisah seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
hal.
2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik
fi’il ataupun isim dalam bahasa arab paling sedikinya terdiri dari tiga huruf
dan paling banyak adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan
mudlori’ dari fi’il tsulâtsî (kalimat fi’il yang terdiri dari
tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya ada enam bab dan tidak ada
yang selain yanag enam ini, yaitu;
a. fathah-dlommah
seperti نصَر-ينصُر
b. fathah-kasroh
seperti ضرَب-يضرِب
c. fathah-fathah
seperti فتَح-يفتَح
d. kasroh-fathah
seperti علِم-يعلَم
e. dlommah-dlommah
seperti حسُن-يحسُن
f. kasroh-kasroh seperti حسِب-يحسِب
dibawah
ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel kedalam bahasa
Indonesia yang diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il madly bisa
disesuaikan sendiri terjemahnya dengan petunjuk pembagian kalimat yang telah
diterangkan sebelumnya.
Bab
1;
نصر
|
Menolong
|
مد
|
memanjangkan
|
صان
|
Menjaga
|
غزا
|
memerangi
|
أمل
|
Berangan
|
Bab
2;
ضرب
|
Memukul
|
فر
|
melarikan diri
|
وعد
|
Berjanji
|
يسر
|
Gampang
|
سار
|
Berjalan
|
سرى
|
berjalan dimalam hari
|
وقى
|
Menjaga
|
شوى
|
memanggang
|
أدم
|
membumbui
|
وأد
|
mengubur hidup-hidup
|
فآء
|
Kembali
|
Bab
3;
فعل
|
mengerjakan
|
فتح
|
Membuka
|
وضع
|
meletakkan
|
يفع
|
mendekati baligh
|
نأى
|
Jauh
|
نشأ
|
Tumbuh
|
رأى
|
Melihat
|
Bab
4;
علم
|
mengetahui
|
عض
|
menggigit
|
وجل
|
merasa takut
|
يبس
|
Kering
|
خاف
|
Takut
|
هاب
|
takut pada/menghormati
|
رضي
|
Rela
|
خشي
|
takut/malu
|
وجي
|
berjalan dg telanjang kaki
|
قوي
|
Kuat
|
روي
|
puas dg minum
|
أثم
|
Berdosa
|
بئس
|
Celaka
|
برئ
|
Bebas
|
Bab
5;
حسن
|
Baik
|
ضخم
|
besar (bentuk/tubuh)
|
جنب
|
keluar air maninya
|
شجع
|
Berani
|
جبن
|
lemah hatinya
|
وجه
|
menjadi orang kaya
|
يمن
|
Beruntung
|
طال
|
Panjang
|
سرو
|
mulia serta dermawan
|
أدب
|
Sopan
|
لؤم
|
rendah/hina
|
بطؤ
|
Lambat
|
وقر
|
Tenang
|
نجس
|
Najis
|
Bab
6;
حسب
|
menyangka
|
ومق
|
Mencintai
|
Hal
8; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang tersusun
dari empat huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali setelah dikiyas
tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya ada satu bentuk yakni satu bab, dibawah
ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :
دحرج
|
menggelincirkan
|
طأطأ
|
menundukkan/menganggukkan kepala
|
ترجم
|
menterjemahkan
|
وسوس
|
menggoda/mewaswaskan
|
قلقل
|
menggerakkan
|
فلفل
|
membubuhi lada
|
بسمل
|
mengucapkan "bismillah"
|
سبحل
|
mengucapkan "subhanallah"
|
حمدل
|
mengucapkan "alhamdulillah"
|
هيلل
|
mengucapkan "la ilaha illa Allah"
|
حوقل
|
mengucapkan "la haula wala quwata illa
billah"
|
Hal
10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang disamakan
dengan fi’il rubâ’î mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman 8, dan ada
yang dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod meski sama-sama
mujarrod (sepi dari tambahan) yaitu yang biasa disebut fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan),
demikian itu dikarenakan asal pengambilan bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah
dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’ kufah
semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena
ia adalah bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan
kiyasannya darinya, seperti contoh-contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab)
dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
حوقل (bercocok
diladang) dari mashdar tsulâtsî حَقْل (ladang)
بيطر (menyombongkan
diri) dari mashdar tsulâtsî بطْر (sombong)
جهور (mengeraskan
suara) dari mashdar tsulâtsî جهْر (keras suaranya), شريَف (memulyakan) dari mashdar tsulâtsî شَرَف (mulya)
سلقى (merebus)
dari mashdar tsulâtsî سلْق (merebus)
dan قلنس (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim
yang tidak dapat dikiyas tashrîf) قلنسوة (songkok)
hal
12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فعَّل" dengan menambahkan kelipatan huruf, berfaidah
sebagai berikut:
- transitif,
seperti : فرّح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika
sepi dari tambahan) berfaidah intransitive
- menunjukkan
makna banyak, sepeerti: قطّع
زيد الحبل (yakni,
zaid memotong-motong tali menjadi banyak potongan)
- memposisikan
objek pada asal pekerjaannya, seperti: كفّر
زيد عمرا (yakni,
zaid memposisikan kafir/mengkafirkan si umar)
- mencabut/merusak
asal pekerjaan dari objek, seperti: قشّر
زيد الرمان (yakni,
zaid mengupas kulit delima)
- pengambilan
fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم
القوم (yakni,
kaum mendirikan tenda).
Perlu
diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa ditambahan pada
kalimat baik fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu terangkum dalam kata
singkat أُوَيْسًا هَلْ
تَنَمْ", perinciannya sebagai berikut:
- hamzah
- wau
- yâ’
- sîn
- âlif
- hâ’
- lâm
- tâ’
- nûn
- mîm
dibawah
ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :
فرح
|
menggembirakan
|
كرر
|
mengulang-ulangi
|
وكل
|
mewakilkan
|
يسر
|
memudahkan
|
نور
|
menerangi
|
بين
|
menjelaskan
|
زكى
|
membersihkan/menyucikan
|
لقى
|
mempertemukan/menemui
|
ولى
|
mengangkat
(jabatannya)
|
قوى
|
menguatkan
|
أدب
|
mengadabkan/mendidiknya
adab
|
شأم
|
menyialkan
|
هنأ
|
mengucapkan tahniah
(selamat)
|
Hal
14; (bab fi’il tsulâtsî mazid/yang diberi tambahan)
fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "فاعل" dengan penambahan alif setelah fâ’, berfaidah sebagai
berikut:
1. musyârokah (persekutuan/gabungan)
diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah ialah maksud
dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua
subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il
(subjek) sekaligus maf’ûl (objek), seperti
contoh: ضارب زيد عمرا (zaid dan umar saling
pukul)
2. bermakna fâ’ala yang
berfaidah bermakna banyak, seperti contoh: ضاعف الله memakai
makna lafadz ضعّف الله(semoga Allah melipatkan, pahalanya)
3. bermakna af’ala yang
berfaidah ta’diyyah (melampaui/butuh pada maf’ul),
seperti
contoh: عافاك الله (artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4. bermakna fa’ala yang
mujarrod (sepi dari tambahan), seperti contoh:
سافر زيد , قاتله الله , بارك الله فيك
(zaid melakukan safar,
semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)
dibawah
ini adalah bentuk kiyasannya :
قاتل
|
membunuh/memerangi
|
ماس
|
menyentuhkan
|
واعد
|
menjanjikan
|
ياسر
|
menggampangkan
|
عاون
|
menolong
|
باين
|
meninggalkan
|
عاطى
|
memberikan (tanpa
ucapan)
|
لاقى
|
menemui
|
والى
|
menolong/mengasihi
|
داوى
|
mengobati
|
آخذ
|
menindak dengan
siksaan (menyiksa)
|
لآءم
|
mencocoki
|
ناسأ
|
berbuat riba
nasi'ah pada(menunda pembayaran)
|
Hal 16; (bab fi’il
tsulâtsî mazîd)
Fi’il tsulâtsî
mujarrod dipindah pada wazan "أفعل" dengan menambahkan hamzah qoth’ (huruf
hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan tersambung atau terpisah)
diakhirnya, berfaidah sebagai berikut:
- ta’diyyah (melampaui
pada maf’ul/mebutuhkan objek) seperti: أكرمت
زيدا (aku
memulyakan zaid)
- masuk/melebur dalam
sesuatu/masa, seperti: أمسى
المسافر (si musafir memasuki waktu sore)
- bermakna menuju pada
sesuatu/tempat, seperti: أحجز
زيد و أعرق عمرو (zaid
menuju Hijaz dan umar menuju Irak)
- menunjukkan
adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il, seperti
contoh: أثمر
الطلح و أورق الشجر(pohon pisang
berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan daun terdapat dalam diri pohon
- makna mubâlaghoh (sangat),
seperti contoh: أشغلت
عمرا (aku
sangat menyibukkan umar)
- menemukan
sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti: أعظمته
و أحمدته (aku
menemukannya dalam keadaan agung dan terpuji)
- bermakna
“jadi”, seperti: أقفر البلد (negeri itu menjadi fakir)
- bermakna “menawarkan/menyediakan”,
seperti: عرض الثوب(dia menyediakan baju untuk dijual)
- bermakna “tiada/sirna”,
seperti: أشفى المريض (si sakit hilang sembuhnya)
- bermakna
“sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد
الزرع (sudah
tiba waktunya memanen tanaman)
dibawah
ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :
أكرم
|
memulyakan
|
أمد
|
menolong/memanjangkan
tangan
|
أوعد
|
menjanjikan
|
أيسر
|
memudahkan
|
أجاب
|
menjawab
|
أبان
|
menjelaskan
|
أعطى
|
memberikan
|
أدرى
|
memberitahukan
|
أودى
|
membayar (diyat)
|
أروى
|
menyegarkan (dengan
air)
|
آمن
|
mengamankan
|
أجأر
|
memaksa berdoa
sepenuh hati pada
|
أبرأ
|
membebaskan
|
Hal
18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”تفاعل" dengan menambahkan “tâ’” diawalnya dan “âlif”
setelah fâ’, berfaidah:
- persekutuan
antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح
القوم و تضارب زيد وعمرو (saling
berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
- menampakkan
sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: تمارض
زيد (pura-pura
sakit si zaid), yakni menampakkan sakit padahal tidak sakit
- menunjukkan
keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: توارد
القوم (saling
berdatangan si kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit
- menunjukkan
makna tsulâtsî mujarrod, seperti: تعالى
وسما(tinggi si
dia dalam pangkatnya)
- muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: باعدته
فتباعد (aku
menjauhinya maka menjadi jauhlah dia)
yang
dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat
berhubungan dengan fi’il muta’addî (fi’il yang membutuhkan
maf’ûl), dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
تباعد
|
saling menjauhi
|
تماس
|
saling bersentuhan
|
تواعد
|
saling berjanji
|
تيامن
|
mendahulukan yang
kanan
|
تلاوم
|
saling menyalahkan
|
تباين
|
saling
menjuhi/menyalahi
|
تعاطى
|
saling memberi
tanpa ucap
|
تلاقى
|
saling bertemu
|
توارى
|
bersembunyi
|
تداوى
|
berobat
|
تآنف
|
saling memandang
rendah
|
تساءل
|
saling bertanya
|
تمالأ
|
saling berkomplot
|
hal
20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "تفعّل" dengan menambahkan tâ’ diawalnya dan
menggandakan ‘ain, berfaida:
- Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda,
seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
- makna takalluf yaitu
persekongkolan/pertolongan fâ’il/subjek yang diberikan pada fi’il/predikat
agar predikat tersebut hasil/terwujud, seperti: تشجع
زيد (zaid
memberanikan diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya
agar terwujud dalam dirinya
- fâ’il
(si subjek) menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja) dari kalimat yang pada
asalnya adalah maf’ûl (objek), seperti تبنيت
يوسف (aku
menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak kata إبن menjadi تبنّى
- menunjukkan
makna menjauhi sesuatu, seperti تذمم
زيد (zaid
menjauhi celaan)
- menunjukkan
makna “menjadi” seperti تأيمت
المرأة (menjadi
janda si perempuan) yakni dia menjadi “ayyim” (janda)
- menunjukkan
terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti تجرع
زيد (yakni
zaid minum teguk demi teguk)
- makna
“tuntutan” seperti تعجل الشيء (dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut untuk
dikerjakan dengan cepat), dan تبينه (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)
dibawah
ini adalah contoh wazannya :
تكسر
|
menjadi pecah
|
تكرر
|
berulang-ulang
|
توعد
|
mengancam
|
تيسر
|
menjadi mudah
|
تنور
|
menjadi terang
|
تبين
|
menjadi jelas
|
تعدى
|
melampaui batas
|
تلقى
|
mendapat/menerima
|
تولى
|
menjadi pejabat
|
تروى
|
minum/berfikir
|
تأدب
|
berakal budi
|
ترأد
|
berayun/bergoyang
|
تصدأ
|
melihat dalam
keadaan berdiri
|
hal
22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "افتعل" dengan menambahkan “hamzah” diawalnya dan
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah sebagai berikut:
1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala”
seperti جمعت الإبل فـ اجتمع(aku
mengumpulkan unta maka
berkumpullah si unta)
2. makna “menjadikan/membuat”
seperti اختبز زيد (zaid
membuat/menjadikan roti)
3. menambahkan makna mubaghoh (sangat)
dalam makna kalimat, seperti اكتسب زيد (si zaid
bekerja dengan sangat)
4. bermakna wazan “fa’ala”
(fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti اجتذب (dia jadzab/mabuk dalam
bermunajat)
5. bermakna wazan “tafâ’ala” (saling),
seperti اختصم bermakna تخاصم (saling berseteru)
6. bermakna “tuntutan”
seperti اكتدّ (fi’il
amar yakni dia menuntut darinya kesungguh-
sungguhan)
berikut
ini contoh wazannya :
اجتمع
|
berkumpul
|
امتد
|
memanjang
|
اتصل
|
menghubungi
|
اتسر
|
menjadi mudah
|
اعتاد
|
membiasakan
|
اشترى
|
membeli
|
اتقى
|
bertakwa
|
ارتوى
|
menjadi segar/puas
(dengan minum)
|
ايتمن
|
mempercayakan
kepada/melakuakan dengan tangan kanan
|
ابتأس
|
bersedih hati
|
اجترأ
|
berani
|
اختار
|
memilih
|
اعتدى
|
melampaui
batas/menyalahi peraturan
|
Hal
24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "انْفَعَلَ" dengan menambahkan hamzah dan nûn diawalnya,
berfaidah:
- muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti كسرت
الزجاج فـ انكسر(aku
memecahkan kaca maka pecahlah kaca itu)
- muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya,
seperti أزعجه فـ انزعج (aku mengagetkannya maka kagetlah dia)
keterangan;
wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna
perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya
:
انفعل
|
terjadi
pekerjaannya
|
انكسر
|
menjadi pecah
|
انفض
|
menjdi pecah
(terputus/berakhir)
|
انقاد
|
menjadi
tunduk/patuh
|
انماع
|
menjadi cair
|
انجلى
|
menjadi jelas
|
انبرى
|
menjadi terkendali
|
انطفأ
|
menjadi padam
|
Hal
26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il
tsulâtsî dipindah pada wazan "افْعَلَّ" dengan
menambahkan hamzah washol dan penggandaan lâm fi’il, berfaidah:
- menunjukkan
berada/memasuki dalam suatu sifat, seperti احمرَّ
البُسْرُ (air
baru itu memerah) yakni masuk dalam warna merah
- makna
“sangat” seperti اسودّ الليل (malam menjadi sangat hitam)
dibawah
ini contoh wazannya :
احمر
|
memerah
|
اسود
|
menghitam
|
ابيض
|
memutih
|
اصفر
|
menguning
|
اخضر
|
menghijau
|
اشهب
|
menjadi kelabu
|
اسمر
|
menjadi coklat
|
Hal
26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)
Fi’il
tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "اسْتَفْعَلَ" dengan menambahkan hamzah
washol (hamzah yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti
istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan kalimat lain seperti إِنِ اسْتَفْعَلَ), sîn dan tâ’, berfaidah:
- menuntut
suatu pekerjaan seperti استغفر
الله (dia
meminta ampun pada Allah) yakni dia menuntut pengampunan dari Allah
- menemukan
sesuatu tampak/berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته
واستحسنته (aku
nampak ia agung dan bagus)
- makna
beralih/pindah, seperti استحجر
الطين (Lumpur
beralih menjadi batu)
- makna
terpaksa/menanggung beban, seperti استجرأ (dia memaksakan untuk berani)
- bermakna
seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti استقرّbermakna قرّّ (menetap/tetap)
- muthôwa’ah seperti أراحه
فـ استراح (dia
A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah diaB)
TASRIF LUGHOWI DAN TASRIF ISTILAHI
التصريف
Secara bahasa Tasrif berarti perubahan. Yang dimaksud dengan
perubahan disini adalah perubahan bentuk kata dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. Tasrif dibagi 2: Tasrif Lughawi dan Tasrif
Istilahi.
Tasrif Lughawi adalah perubahan kata dari
satu bentuk ke bentuk lain dengan pelaku yang berbeda-beda. Perhatikan
perubahan dalam tasrif lughawi berikut ini:
No
|
Dhomir
|
Fi’il Madhi
|
Fi’il Mudhari
|
Fi’il Amr
|
1
|
هُوَ
|
خَرَجَ
|
يَخْرُجُ
|
|
2
|
هُمَا
|
خَرَجَا
|
يَخْرُجَانِ
|
|
3
|
هُمْ
|
خَرَجُوا
|
يَخْرُجُوْنَ
|
|
4
|
هِيَ
|
خَرَجَتْ
|
تَخْرُجُ
|
|
5
|
هُمَا
|
خَرَجَتَا
|
تَخْرُجَانِ
|
|
6
|
هُنَّ
|
خَرَجْنَ
|
يَخْرُجْنَ
|
|
7
|
أَنْتَ
|
خَرَجْتَ
|
تَخْرُجُ
|
اُخْرُجْ
|
8
|
أَنْتُمَا
|
خَرَجْتُمَا
|
تَخْرُجَانِ
|
اُخْرُجَا
|
9
|
أَنْتُمْ
|
خَرَجْتُمْ
|
تَخْرُجُوْنَ
|
اُخْرُجُوا
|
10
|
أَنْتِ
|
خَرَجْتِ
|
تَخْرُجِيْنَ
|
اُخْرُجِي
|
11
|
أَنْتُمَا
|
خَرَجْتُمَا
|
تَخْرُجَانِ
|
اُخْرُجَا
|
12
|
أَنْتُنَّ
|
خَرَجْتُنَّ
|
تَخْرُجْنَ
|
اُخْرُجْنَ
|
13
|
أنَا
|
خَرَجْتُ
|
أَخْرُجُ
|
|
14
|
نَحْنُ
|
خَرَجْنَا
|
نَخْرُجُ
|
|
Tasrif Lughawi tidak
hanya terbatas pada tasrif fiil saja, melainkan pada shigat (bentuk kata) yang
lain seperti pada isim fail, isim maf’ul, masdar dan lainnya.
Adapun Tasrif Istilahi adalah perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain dengan
makna yang berbeda-beda. Perhatikan perubahan dalam tasrif istilahi berikut
ini:
اسم
الالة
|
اسم
مكان وزمان
|
فعل
نهي
|
فعل
أمر
|
اسم
المفعول
|
اسم
الفاعل
|
مصدر
|
فعل
مضارع
|
فعل ماض
|
مِفْعَلٌ
|
مَفْعَلٌ
|
لاَتَفْعُلْ
|
اُفْعُلْ
|
مَفْعُوْل
|
فَاعِل
|
فَعْلاً
|
يَفْعُلُ
|
فَعَلَ
|
مِنْصَرٌ
|
مَنْصَرٌ
|
لاَتَنْصُرْ
|
اُنْصُرْ
|
مَنْصُوْرٌ
|
نَاصِرٌ
|
نَصْرًا
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
Alat…
|
Waktu…/tempat
|
Jangan…
|
….lah
|
Yang
di…
|
Yang../pe
|
….an
|
Sedang/akan
|
Telah..
|
Jazakalllah.. Sangat membantu
BalasHapusSangat membantu sekali, terima kasih
BalasHapusAlhamdulillah sangat membantu, terimakasih
BalasHapus